PUNGGAWANEWS, MAKASSAR– Mereka datang bukan untuk demonstrasi, apalagi sekadar mengeluh. Para atlet Sulawesi Selatan yang mengharumkan nama daerah di ajang PON Aceh-Sumut hadir di DPRD Sulsel, membawa satu hal sederhana: harapan untuk ditepati.
Namun sayangnya, harapan itu hingga kini belum menemukan jawaban. Sudah sembilan bulan sejak mereka menggenggam medali, tapi bonus yang dijanjikan pemerintah daerah belum juga cair.
Nilai total bonus yang seharusnya dibayarkan kepada para peraih medali mencapai lebih dari Rp22 miliar. Namun yang ironis, anggaran Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulsel hanya sekitar Rp6,7 miliar. Jauh dari cukup.
Melihat kondisi ini, Anggota Komisi E DPRD Sulsel, Achmad Fauzan Guntur, angkat bicara. Bukan dengan emosi, tetapi dengan keprihatinan.
“Kalau atlet datang ke DPRD, itu artinya ada yang gagal di komunikasi pemerintahan. Mereka tidak ingin dengar alasan teknis, yang mereka butuh adalah kepastian,” ucap Fauzan, usai rapat dengar pendapat bersama atlet, Senin (23/6/2025).
Menurutnya, ketidakhadiran solusi konkret dari Pemprov, khususnya Dispora Sulsel, mencerminkan lemahnya komitmen terhadap dunia olahraga. Apalagi, bukan hanya bonus yang jadi sorotan. Atlet juga menyampaikan keluhannya soal uang saku yang minim—hanya Rp1,5 juta selama mengikuti PON.
“Kalau mereka bertanding membawa nama daerah tapi hanya diberi uang saku sebesar itu, lalu kita masih berharap Sulsel tembus 10 besar? Itu mimpi yang kita bangun di atas logika yang pincang,” kata Fauzan.
Ia menegaskan, pembinaan atlet bukan cuma soal latihan dan semangat. Ada kebutuhan gizi, fasilitas, dan apresiasi yang harus dipenuhi. Jika itu diabaikan, jangan salahkan atlet bila mereka tak mampu memberi lebih.
Dalam forum resmi tersebut, DPRD Sulsel kembali menegaskan posisinya sebagai lembaga kontrol dan penyambung aspirasi rakyat, termasuk atlet. Rencana Dispora untuk membayar bonus secara bertahap dinilai justru memperpanjang ketidakpastian.
“Kalau memang anggarannya tak siap, katakan dari awal. Jangan menggantungkan janji. Karena bagi atlet, waktu terus berjalan, kebutuhan tak bisa ditunda,” tegas Fauzan.
Ia pun menutup pernyataannya dengan refleksi tajam: “Atlet kita bukan hanya butuh panggung saat menang, tapi juga butuh negara saat mereka pulang membawa medali. Jangan biarkan mereka berjuang sendirian di podium kemenangan, lalu dilupakan saat pulang ke rumah.”