“Mereka ingin kita patuh, bukan cerdas. Karena yang cerdas sulit ditipu” Tan Malaka

PUNGGAWANEWS, OPINI – Ketika rezim Stalinisme di Uni Sovyet dan Eropa Timur runtuh, Francis Fukuyama bersabda, “sejarah telah berakhir (Baca buku: The And Of History and Last Man).” Tetapi, setelah lebih dari dua dekade, ternyata Fukuyama salah memprediksi sejarah yang dia maksud, justru sistem kapitalismelah yang mulai rapuh. Neoliberalisme misalnya sebagai gaya baru dari kapitalisme semakin memperlihatkan kelemahan dari system kapitalis.  Kebangkitan pemerintahan kiri di Amerika Latin dan krisis ekonomi 2008 adalah palu godam yang merontokkannya.

Bayangkan sebuah negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokratis tapi sering kali ada orang berbeda pendapat ia di berikan nama sebagai pembuat onar. negeri yang katanya merdeka, kata kritik terdengar lebih menakutkan daripada korupsi. Dan lucunya negara itu bukan di ujung dunia sana. Itu disini, di indonesia dari zaman kolonial hingga hari ini, kita hidup dengan satu kekhawatiran yang di wariskan turun menurun. Bahwa oposisi adalah ancaman. Sejak kapan berbeda pendapat dianggap berbahaya? Dan kenapa setelah kita berbicara demokrasi selama puluhan tahun, kata oposisi masih membuat banyak orang resah. Apakah ini soal budaya kita yang tidak suka konflik atau warisan politik yang membuat kita takut pada bayangan perpecahan?

Nah, ini yang kemudian harus kita cari jawabanya. Mungkin saja jawabannya tidak sesederhana yang kita kira, mari mencoba untuk menyelam lebih dalam mengapa oposisi selalu di anggap berbahaya.

Bung Karno amidst Revolutionary Fighters Indonesia | PUNGGAWA NEWS

_________________________________

Dapatkan Update Berita Terkini dari PUNGGAWANEWS, PUNGGAWALIFE, PUNGGAWASPORT, PUNGGAWATECH, PUNGGAWAFOOD,
Klik Disini jangan Lupa Like & Follow!
__________________________________