Bukan tentang seberapa cepat kita bisa terkenal, tapi seberapa konsisten kita dalam membangun value dan kontribusi positif untuk lingkungan sekitar
PUNGGAWANEWS, WARTA WARGA – Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya tumbuh di era sebelum media sosial mendominasi kehidupan sehari-hari? Di masa ketika buku harian masih menjadi sahabat setia untuk menuangkan perasaan, dan kata “selfie” belum menjadi bagian dari kamus kehidupan remaja?
Kini, ketika anak-anak sekolah dasar sudah mahir mengelola akun Instagram dan menciptakan konten TikTok yang viral, ada generasi yang membangun identitas diri mereka dengan cara yang sangat berbeda. Mereka adalah generasi transisi – yang lahir di era analog namun dewasa di zaman digital, yang harus belajar beradaptasi dengan konsep personal branding ketika dunia sudah berubah total.
Bagaimana generasi ini akhirnya menemukan jalan untuk membangun citra diri yang autentik? Apakah mungkin menciptakan personal branding yang kuat tanpa “dibesarkan” oleh algoritma media sosial? Dan yang terpenting, pelajaran apa yang bisa kita petik dari perjalanan mereka dalam navigasi antara dunia lama dan baru?
Inilah kisah tentang perjalanan membangun personal branding yang dimulai tanpa rencana besar, tumbuh melalui kecelakaan-kecelakaan indah, dan akhirnya menemukan kekuatan sejati dalam autentisitas dan konsistensi.