PUNGGAWANEWS, PALU – Suasana haru dan bangga menyelimuti Universitas Tadulako (UNTAD) saat Dr. Ilyas Lampe, M.Si. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Komunikasi. Pengukuhan yang berlangsung pada Rabu (21/6) ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademik dosen yang dikenal gigih tersebut.

Dalam pidato pengukuhannya, Ilyas menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Corporate Social Responsibility di Sektor Industri Nikel: Harapan Kesejahteraan dan Keterpinggiran Masyarakat Lokal”. Ia menyoroti pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dalam industri nikel, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang yang kerap terpinggirkan.

“Industri nikel memang menjanjikan pertumbuhan ekonomi nasional, namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa kesejahteraan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sekitar tambang,” ujar Ilyas dalam pidatonya.

Lahir di Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, pada 10 November 1976, Ilyas merupakan anak sulung dari sembilan bersaudara. Meski berasal dari keluarga petani sederhana, semangatnya untuk menuntut ilmu tak pernah surut. Setelah menempuh pendidikan dasar dan menengah di Sinjai, ia melanjutkan studi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Hasanuddin dan lulus pada 2001.

Perjalanan kariernya dimulai dari berbagai pekerjaan, termasuk sebagai kuli bangunan dan kernet mobil, sebelum akhirnya diterima sebagai dosen di UNTAD pada 2006. Ia kemudian melanjutkan studi magister dan doktoral di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, menyelesaikan program doktoralnya pada 2017.

Selama berkarier di UNTAD, Ilyas pernah menjabat sebagai Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP (2017–2021) dan Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Umum FISIP (2021–2025). Ia juga aktif sebagai anggota Senat Akademik UNTAD dan pengurus ASPIKOM Wilayah Sulawesi.

Pengukuhan Ilyas sebagai Guru Besar ditetapkan melalui SK Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI No. 263/M/KPT.KP/2025. Dalam pidatonya, ia menyampaikan rasa syukur dan harapannya agar pencapaiannya dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya mereka yang berasal dari latar belakang sederhana.

“Alhamdulillah, semua perjuangan itu tidak sia-sia. Seandainya saya tidak sekolah, mungkin sekarang saya hanya jadi tukang batu atau sopir,” ujar Ilyas dengan senyum penuh makna.