Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan kepada berbagai media, Mahfud MD mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sosial politik yang sedang bergejolak. Menurutnya, situasi yang terjadi merupakan cerminan dari penumpukan rasa frustasi masyarakat yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.
Akar Permasalahan: Ketidakjelasan Penyelesaian Kebijakan
Tokoh senior ini menjelaskan bahwa inti persoalan terletak pada pola penanganan kebijakan pemerintah. Setiap kali muncul gelombang protes masyarakat di berbagai sektor, respons yang diberikan cenderung bersifat tambal sulam—seperti memberikan solusi sementara yang tidak menyentuh akar masalah. Akibatnya, persoalan baru terus bermunculan dan menciptakan siklus ketidakpuasan yang berulang.
Eskalasi yang Mengkhawatirkan
Mahfud MD menyoroti bagaimana demonstrasi yang awalnya merupakan bentuk aspirasi demokratis telah berubah menjadi konfrontasi yang menimbulkan korban jiwa. Ia mencatat kejadian tragis di gedung DPR yang menelan korban, serta peristiwa serupa di Makassar dimana tiga orang kehilangan nyawa ketika massa menyerbu dan membakar gedung DPRD.
Kekerasan juga menyebar ke berbagai daerah. Di Bandung, aparat keamanan mengalami pengejaran massa yang intens, sementara di Jakarta, terdapat laporan pengeroyokan terhadap demonstran yang terisolasi. Kondisi ini menciptakan lingkaran kekerasan yang merugikan semua pihak.
Posisi Aparat: Terjepit di Tengah Konflik
Dalam analisisnya, Mahfud MD menekankan dilema yang dihadapi petugas lapangan. Para aparat keamanan berada dalam posisi yang sulit—di satu sisi harus menjalankan tugas menjaga keamanan dan melindungi fasilitas negara, namun di sisi lain berhadapan dengan masyarakat yang sedang dalam kondisi emosional tinggi.
Ia menegaskan bahwa para petugas lapangan sesungguhnya tidak terlibat dalam pengambilan keputusan politik yang menjadi sumber masalah. Mereka hanya menjalankan instruksi dari atasan, namun harus menanggung konsekuensi dari kebijakan yang mereka tidak buat.
Faktor-Faktor Pemicu Ketegangan
Beberapa elemen yang diidentifikasi sebagai penyebab memburuknya situasi meliputi:
Sikap Elite Politik: Terdapat kesan arogansi di kalangan politisi yang kurang menunjukkan empati terhadap kondisi riil masyarakat. Hal ini memperburuk persepsi publik dan meningkatkan ketegangan sosial.
Inkonsistensi Penegakan Hukum: Proses penegakan hukum yang tidak konsisten menciptakan rasa ketidakadilan. Ada kasus-kasus sederhana yang tidak terselesaikan, sementara kasus besar diumumkan dengan fanfare namun tidak ada tindak lanjut yang jelas.
Masalah Integritas Pejabat: Keberadaan pejabat yang diduga terlibat korupsi namun tetap aktif dalam pemerintahan menimbulkan skeptisme publik terhadap komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi.
Seruan untuk Rekonsiliasi
Mahfud MD mengakhiri pernyataannya dengan seruan kepada semua pihak untuk menyadari bahwa negara adalah milik bersama. Ia menekankan bahwa aparat bukan musuh rakyat, begitu pula sebaliknya—rakyat bukan musuh aparat.
Kedua belah pihak, menurutnya, sebenarnya sama-sama menjadi korban dari kebijakan dan kepemimpinan yang bermasalah. Penyelesaian yang sesungguhnya harus dimulai dari level pengambil kebijakan dan pemimpin yang bertanggung jawab atas situasi ini.
Pesan Akhir: Pentingnya Moderasi dan Solusi Struktural
Meski tetap mendukung hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan kritik, Mahfud MD menekankan pentingnya menjaga proporsi agar bangsa tidak terpuruk lebih dalam. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi yang tidak hanya meredakan ketegangan sesaat, tetapi juga mengatasi akar permasalahan secara menyeluruh.
Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap polarisasi yang terjadi dan harapan agar semua elemen bangsa dapat kembali bersatu dalam membangun Indonesia yang lebih baik.




Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.