PUNGGAWANEWS – Sambil ngopi tubruk di warung pinggir jalan, mari kita kupas sosok baru yang kini duduk di kursi panas Kementerian Keuangan. Namanya Purbaya Yudhi Sadewa, pria kelahiran Bogor 7 Juli 1964 yang berhasil bikin para pendidik tersenyum lebar. Mengapa? Ya karena dia bukan tipe menteri yang hobi ngomel soal defisit sambil makan sushi mahal.
Bayangkan saja, seorang insinyur elektro lulusan ITB yang kemudian nyemplung ke dunia ekonomi di Purdue University, Amerika Serikat. Dari kampus bergengsi itu, dia pulang dengan bekal MSc dan PhD Ekonomi. Tapi yang bikin unik, meski otaknya udah dipenuhi teori-teori ekonomi makro, lidahnya masih setia sama cita rasa pecel lele pinggir jalan.
Dari LPS ke Kemenkeu: Perjalanan Sang Penjaga Stabilitas
Rekam jejak Purbaya memang tidak bisa dianggap enteng. Ketika badai pandemi menerpa dan bikin perbankan nasional deg-degan, dia yang jadi tameng di Lembaga Penjamin Simpanan. Bagaikan superhero ekonomi, dia memastikan uang rakyat di bank tetap aman dari guncangan krisis.
Presiden Prabowo jelas tidak memilih dengan mata tertutup. Di tengah riuhnya politik dan hiruk-pikuk ekonomi global, dibutuhkan sosok yang bisa mengolah angka-angka rumit jadi solusi nyata. Purbaya dengan gayanya yang santun dan pemikiran yang jernih, muncul sebagai jawaban.
Janji Manis yang Bikin Rakyat Optimis
Yang paling bikin menarik dari sosok baru ini adalah janjinya yang terdengar seperti musik di telinga rakyat: “Pertumbuhan 8 persen itu realistis, dan pajak tidak perlu dinaikkan.” Kalimat ini langsung viral lebih cepat dari video kucing lucu di media sosial.
Berbeda dengan gaya kepemimpinan sebelumnya yang ketat dan tegas, Purbaya hadir dengan pendekatan yang lebih membumi. Dia masih naik transportasi umum, masih mampir warung tegal, masih diskusi dengan pedagang kecil. Ini bukan pencitraan murahan, tapi memang karakter aslinya.
Harapan Baru di Tengah Kegelisahan Ekonomi
Sri Mulyani, sang “Iron Lady” fiskal yang dikenal tegas dalam urusan pajak dan anggaran, kini digantikan sosok yang berbeda karakter. Jika sebelumnya kita terbiasa dengan pendekatan yang cenderung keras, kini hadir sosok yang lebih fleksibel namun tetap kompeten.
Rakyat kecil yang selama ini was-was setiap mendengar wacana kenaikan tarif atau pajak, kini bisa bernapas sedikit lega. Purbaya hadir dengan visi yang lebih pro-rakyat, meski tentu saja realitas ekonomi tidak semudah memutar telapak tangan.
Ujian Sesungguhnya Baru Dimulai
Terlepas dari optimisme yang menguar, tantangan yang dihadapi Purbaya tidak main-main. Ekonomi global yang tidak menentu, tekanan inflasi, dan berbagai masalah struktural dalam negeri menunggu untuk diselesaikan. Pertanyaannya sederhana: bisakah janji-janji manis ini terealisasi di lapangan?
Yang pasti, rakyat berharap sederhana: jangan tambah beban pajak, jaga daya beli tetap stabil, dan buat kebijakan yang berpihak pada wong cilik. Karena pada akhirnya, politik dan ekonomi yang baik adalah yang bisa bikin sambal pecel lele tetap terasa nikmat di lidah rakyat.
Sekarang tinggal menunggu, apakah Purbaya Yudhi bisa membuktikan bahwa ekonomi makro bisa berjalan baik dengan tetap membumi seperti warung pecel lele kesayangannya.




Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.