PUNGGAWANEWS, SINJAI – Sebuah video yang menampilkan Kepala Desa Bonto, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sudirman, tengah mengendarai motor trail melintasi warga yang sedang melakukan pengecoran jalan serta masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu menjadi perbincangan hangat di media sosial. Video tersebut memicu beragam komentar warganet, mulai dari nada guyon hingga kritikan.
Menanggapi hal itu, Kepala Desa Sudirman langsung memberikan klarifikasi kepada publik. Ia menjelaskan bahwa kejadian itu terjadi saat lokasi masjid masih dalam tahap renovasi dan belum digunakan untuk beribadah.
“Masjid waktu itu sementara dikerja, belum dipakai untuk shalat. Saya juga sudah meminta izin kepada warga sebelum lewat,” ujarnya menanggapi video yang beredar selasa,8/7/2025.
Sudirman juga menyampaikan bahwa kehadirannya saat itu bukan untuk gagah-gagahan, melainkan ingin memastikan langsung kondisi pembangunan di lapangan dan ikut merespons partisipasi warga dalam gotong royong.
Meski demikian, sejumlah pihak tetap memberikan catatan, salah satunya dari Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Achmad Fauzan Guntur. Legislator asal Dapil Sinjai-Bulukumba tersebut menilai bahwa setiap pejabat publik, termasuk kepala desa, perlu semakin peka terhadap sorotan masyarakat, apalagi di era digital saat ini.
“Hari ini publik sangat sensitif. Pejabat publik harus tahu diri dan menjaga etika, bukan karena tidak boleh berbuat, tapi karena mereka hidup dalam sorotan masyarakat,” ujarnya.
Fauzan Guntur menambahkan, bahwa penilaian publik bukan semata-mata soal benar atau salah, tetapi juga soal pantas atau tidaknya suatu tindakan dilakukan dalam ruang sosial tertentu.
“Saya yakin Pak Kades tidak ada niat buruk, tapi tetap kita saling mengingatkan agar lebih Menyikapi hati-hati. Terkadang satu momen kecil bisa berdampak besar di mata publik,” tambahnya.
Video tersebut menjadi pengingat bahwa ruang publik kini tak lagi tersekat, dan bahwa setiap tindakan pejabat akan dengan cepat menjadi konsumsi masyarakat luas. Momen ini diharapkan menjadi refleksi bersama, achtidak hanya bagi pejabat desa, tetapi juga bagi seluruh pemangku kebijakan untuk terus memperkuat komunikasi, etika, dan empati dalam bertugas.