PUNGGAWANEWS, Setiap Muslim mendambakan kesempatan menunaikan ibadah haji dan meraih predikat Haji Mabrur. Namun, ada sebuah kisah menakjubkan yang menceritakan seorang hamba Allah yang mendapatkan kemabruran haji, padahal ia tidak pernah menginjakkan kaki di Tanah Suci Mekah. Kisah inspiratif ini termuat dalam buku koleksi hadis dan kisah teladan Muslim.
Mimpi Abdullah bin al-Mubarak
Kisah ini berawal dari seorang ulama dan ahli hadis terkemuka, Abdullah bin al-Mubarak. Suatu tahun, setelah selesai menunaikan ibadah haji di Masjidil Haram, beliau tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, beliau menyaksikan dua malaikat turun dari langit dan berdialog.
Salah satu malaikat bertanya, “Tahukah kamu berapa banyak jamaah yang berhaji tahun ini, dan berapa yang diterima?”
Malaikat yang lain menjawab, “Tidak ada satupun haji yang diterima, kecuali haji dari seorang tukang sol sepatu di Damaskus bernama Ali bin al-Muwaffaq. Meskipun dia tidak pergi berhaji, hajinya diterima dan seluruh dosanya diampuni. Bahkan, berkat dialah seluruh amal ibadah haji yang lain diterima oleh Allah.”
Mendengar percakapan yang menggemparkan itu, Abdullah bin al-Mubarak terbangun. Hatinya dipenuhi rasa penasaran dan pertanyaan. Setelah kembali dari ibadah haji, beliau tidak langsung pulang ke rumah, melainkan langsung menuju Damaskus, Suriah.
Menemui Ali bin al-Muwaffaq
Setibanya di Damaskus, Abdullah bin al-Mubarak mencari tukang sol sepatu yang disebutkan malaikat dalam mimpinya. Beliau bertanya kepada hampir semua tukang sepatu hingga akhirnya seseorang menunjukkan arahnya ke tepi kota. Di sana, beliau menemukan seorang tukang sepatu yang berpakaian sangat sederhana.
“Apakah Anda Ali bin al-Muwaffaq?” tanya Abdullah bin al-Mubarak.
“Iya, tuan. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Ali bin al-Muwaffaq.
Abdullah bin al-Mubarak kemudian memperkenalkan dirinya dan menyampaikan tujuannya. “Saya ingin tahu, adakah amalan luar biasa yang Anda lakukan sehingga Anda berhak mendapatkan pahala haji yang diterima Allah, padahal Anda tidak pergi menunaikan haji?”
Ali bin al-Muwaffaq terkejut, bahkan sempat menangis dan pingsan. Setelah siuman, dengan ragu ia pun menceritakan kisahnya.
Pengorbanan Harta Haji
Ali bin al-Muwaffaq berkisah, “Selama puluhan tahun, setiap hari saya menyisihkan sedikit uang dari penghasilan saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan hingga akhirnya pada tahun ini saya memiliki 350 dirham. Jumlah itu cukup untuk bekal saya pergi menunaikan ibadah haji. Saya sudah siap untuk berangkat.”
Namun, niat keberangkatannya terhenti karena sang istri yang sedang hamil mengidam dan ingin sekali mencium aroma masakan yang tercium dari gubuk reot di dekat mereka. Karena istrinya terus merengek, Ali bin al-Muwaffaq pun mencari sumber aroma masakan tersebut.
Ternyata, aroma itu berasal dari gubuk yang hampir roboh. Di sana, ia bertemu dengan seorang janda dengan enam orang anaknya. Ali bin al-Muwaffaq menyampaikan maksud kedatangannya, namun janda itu menolak, berkata makanan itu tidak dijual.
Sambil meneteskan air mata, janda itu kemudian menceritakan kondisinya. “Kami sudah beberapa hari tidak makan. Di rumah sama sekali tak ada makanan. Tadi, kami melihat seekor keledai mati, jadi kami mengambil sebagian dagingnya dan memasaknya. Makanan ini haram untuk Anda dan keluarga Anda.”
Mendengar pengakuan yang menyayat hati itu, Ali bin al-Muwaffaq menangis. Ia segera pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya. Istrinya pun ikut menangis haru.
Haji di Depan Pintu Rumah
Pada saat itulah, Ali bin al-Muwaffaq membuat keputusan besar. Ia mengambil seluruh uang 350 dirham yang dikumpulkannya sebagai bekal haji dan memberikannya kepada janda dan anak-anak yatim tersebut.
“Gunakan uang ini untuk keluarga Anda. Gunakan untuk kebutuhan dan modal usaha agar kalian tidak kelaparan lagi,” katanya.
Dalam hati, Ali bin al-Muwaffaq berbisik, “Hajiku cukup di depan rumahku.”
Mendengar cerita penuh keikhlasan dan kepedulian tersebut, Abdullah bin al-Mubarak tak kuasa menahan air mata. Ia kini mengerti. Kebenaran mimpi beliau di Masjidil Haram terbukti. Benarlah malaikat dalam mimpinya, dan Allah Maha Adil dalam hukum dan keputusan-Nya. Allah Swt. telah menerima amalan Ali bin al-Muwaffaq sebagai haji yang mabrur, karena keikhlasan dan pengorbanannya dalam menolong sesama yang berada dalam kesulitan mendesak, melebihi perjalanan fisik ke Tanah Suci.




Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.